Pendarahan Masa Nifas
Adalah kehilangan darah lebih dari 500 mL pada saat melahirkan lewat vagina. Kehilangan darah yang terlalu banyak biasanya terjadi pada periode masa nifas awal tetapi dapat terjadi perlahan-lahan selama 24 jam awal.
Sebagian besar kehilangan darah terjadi akibat arteriol spiral miometrium dan vena desidua yang sebelumnya dipasok dan didrainase ruang intervilus plasenta. Karena kontraksi pada rahim yang sebagian kosong menyebabkan pemisahan plasenta, terjadilah pendarahan dan berlanjut hingga otot rahim berkontraksi di sekitar pembuluh darah dan bekerja sebagai pengikat fisiologik-anatomik. Kegagalan kontraksi rahim setelah pemisahan plasenta (atonia uteri) mengakibatkan pendarahan yang terlalu banyak di tempat plasenta.
Penyebab-penyebab pendarahan plasenta:
- Atonia uteri
Predisposisi untuk atonia uteri :
- Distensi rahim yang berlebihan (karena kehamilan ganda, polihidramnion, makrosomia janin).
- Pemanjangan masa persalinan.
- Augmentasi oksitoksin pada persalinan.
- Grandemultiparitas (paritas sebesar 5 atau lebih).
- Persalinan yang tergesa-gesa (kurang dari 3 jam).
- Terapi magmasium sulfat pada pre-eklamsi.
- Korioamnionitis.
- Cedera jalan lahir.
- Jaringan plasenta yang tertahan.
- Implantasi plasenta yang rendah
- Inversio uteri
Sepsis nifas
Ibu dalam masa nifas dikatakan sepsis apabila suhu tubuh ≥ 38⁰C,terjadi lebih dari 2 hari yang beruntun, dan dalam 10 hari pertama masa nifas.
Etiologinya berhubungan dengan mikroba yang ada di vagina dan serviks. Setelah proses persalinan, pH vagina berubah dari asam menjadi alkalin, karena efek penetralan dari cairan amnion alkalin, darah dan lokhia, disamping menurunnya populasi laktobasili. Peningkatkan pH membantu berkembangnya mikroorganime aerob.
Sepsis ini dapat meluas ke saluran urinarius maupun payudara. Gejala umum sepsis berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.